/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-11/ani1037.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-11/ani1037.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Rabu, 09 November 2016

laporan pendahuluan Fraktur



A.   PENGERTIAN
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 2000). Fraktur adalah patahnya tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price & Wilson, 2006). Fraktur merupakan gangguan kontinuitas tulang baik sebagian atau seluruh bagian tulang (Maher dkk, 2000). Fraktur dapat juga diartikan sebagai kondisi retaknya atau rusaknya keutuhan tulang.
Sedangkan  Kalkaneus  itu bisa disebut juga tulang tumit, merupakan tulang besar yang membentuk dasar dari bagian belakang kaki. Kalkaneus berhubungan dengan tulang kuboid dan talus. Hubungan antara talus dan kalkaneus membentuk sendi subtalar.  Sendi ini amat penting pada fungsi kaki normal. Kalkaneus sering disamakan seperti telur, karena memiliki cangkang, tipis keras di luar, terdapat tulang yang lebih lembut seperti spons di dalam. Bila kulit luar pecah, tulang cenderung rapuh dan menjadi terfragmentasi. Hal ini mengakibatkan fraktur kalkaneal yang parah. Jika fraktur melibatkan sendi maka dapat berisiko mengalami artritis dan nyeri kronis...

anatomi kalkaneusFRAKTUR: CALCANEUS






B.   KLASIFIKASI
            Fraktur dapat diklasifikasikan dalam dua jenis klasifikasi, yaitu menurut kondisi permukaan kulit dan yang kedua menurut bentuk patahan yang terjadi. Klasifikasi fraktur menurut kondisi permukaan kulit adalah:
a.       Fraktur Terbuka
Yaitu fraktur dengan kondisi kulit ekstremitas pada daerah yang mengalami fraktur ditembus oleh tulang yang patah.
b.      Fraktur Tertutup
Yaitu fraktur dengan kondisi kulit yang tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi terjadinya fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
            Klasifikasi fraktur menurut bentuk dan pola patahannya adalah sebagai berikut:
a.       Fraktur transversal
Fraktur yang terjadi karena benturan langsung pada titik fraktur dengan bentuk patahan fraktur adalah lurus melintang pada batang tulang. Fraktur ini pada umumnya menjadi stabil kembali setelah direduksi.
b.      Fraktur oblik
Fraktur ini terjadi karena benturan tak langsung ketika suatu kekuatan pada jarak tertentu menyebabkan tulang patah pada bagian yang paling lemah. Fraktur ini berbentuk diagonal sepanjang tulang dan biasanya terjadi karena pemelintiran pada ekstremitas.
c.       Fraktur spiral
Fraktur spiral terjadi ketika sebuah anggota gerak terpuntir dengan kuat dan biasanya disertai dengan kerusakan pada jaringan lunak. Bentuk patahan dari fraktur spiral hampir sama dengan fraktur obilk, akan tetapi pada fraktur spiral patahannya mengelilingi tulang sehingga seolah-olah terpilin seperti spiral.
d.      Fraktur komunitiva
Fraktur komunitiva merupakan kondisi di mana tulang yang patah pecah menjadi dua bagian atau lebih; serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
e.       Fraktur kompresi
Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada di antaranya, contoh fraktur jenis ini adalah tumbukan antara tulang belakang dengan tulang belakang lainnya.
f.        Fraktur greenstick
Fraktur di mana garis fraktur pada tulang tersebut hanya parsial (tidak lengkap) pada sisi konveks bagian tulang yang tertekuk (seperti ranting pohon yang lentur). Fraktur jenis ini hanya terjadi pada anak-anak.
g.      Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada tulang yang sudah mengalami kelainan misalnya metastase tumor.
h.   Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada perlekatannya (Price
      & Wilson, 1995).
C.   ETIOLOGI
            Fraktur Kalkaneus biasanya disebabkan oleh cedera pergelangan kaki yang berputar atau lebih sering akibat terjatuh dari ketinggian, kecelakaan mobil, pergelangan kaki keseleo, penggunaan berlebihan atau stress berulang pada tulang tumit. Fraktur ini mungkin hanya terbatas pada kalkaneus atau dapat meluas hingga melibatkan sendi subtalar atau kalkaneokuboid. Fraktur yang signifikan memerlukan CT scan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan memerlukan fiksasi pembedahan
            Tanda gejala dari fraktur akibat trauma: Nyeri tiba-tiba di tumit dan ketidakmampuan menjejakkan berat tubuh dengan kaki; Pembengkakan di area tumit; Memar di area tumit dan pergelangan kaki. Sedangkan tanda-gejala fraktur akibat penekanan, yaitu: Rasa nyeri yang menyeluruh di area tumit yang muncul perlahan-lahan dan pembengkakan di area tumit.

D.   PATOFISIOLOGI FRAKTUR CALCANEUS
Etiologi : trauma; tekanan/ stress berulang


 
      Beban energi tinggi pada tumit


 
  Talus terdorong ke bawah calcaneus
 

Kerusakan fragmen tulang/ cedera jaringan lunak    Pergeseram 
   fragmen tulang







 
                                       Periosteum, cortex, pembuluh darah                                                                                                                                                                                deformitas
                                  Sum-sum tulang dan jaringan lunak terputus
                                                                                                                   Penurunan fungsi
  ekstremitas
                                                     Perdarahan jaringan skeletal


 
  Hematoma                                     Gg. mobilitas


 
Pengeluaran bradikinin        Stimulasi respon radang (vasodilatasi, eksudasi
      plasma, migrasi leukosit dan infiltrasi sel darah putih)

Berikatan dengan nociceptor


 
           Histamin


 
Nyeri
E.   MANIFESTASI KLINIK
            Tanda dan gejala yang dapat dikenali pada bagian anggota tubuh yang mengalami fraktur adalah sebagai berikut:
  1. Mobilitas yang abnormal pada tulang yang seharusnya tidak bergerak pada keadaan normal (tidak terjadi patah tulang)
  2. Krepitus (suara gesekan antara tulang)
  3. Deformitas
  4. Ekimosis (trauma jaringan lunak dan pembuluh darah)
  5. Edema
  6. Kehilangan fungsi normal yang berasal dari kerusakan saraf, ketidakstabilan fraktur, dan nyeri
  7. Spasme otot (kontraksi otot yang berlebihan)
  8. Syok yang berasal dari kehilangan darah, nyeri yang sangat dan kerusakan jaringan lunak yang luas
  9. Penyusutan ekstremitas
  10. Nyeri

F.    KOMPLIKASI
            Komplikasi fraktur dan imobilitas dapat dibagi menjadi kompliaksi segera dan komplikasi lambat.
a.       Komplikasi segera antara lain:
§  Sindrom kompartemen
      Sindrom kompartemen adalah tekanan tinggi pada kompartemen otot dalam ruang tertutup fascia yang menyebabkan berkurangnya perfusi darah hingga di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk viabilitas jaringan. Naiknya tekanan menyebabkan iskemi dan nyeri. Ada dua penyebab utama dari sindrom kompartemen, yaitu berkurangnya ukuran kompartemen dan meningkatnya isi dalam kompartemen.
§  Trombosis vena dalam
      Adanya bekuan di vena profunda dari ekstremitas bawah dapat menyebabkan trombosis vena dalam. Faktor resiko munculnya kondisi ini berhubungan dengan mekanisme pembekuan darah, kerusakan vaskular,  dan stasis vena.
§  Sindrom emboli lemak
      Sindrom emboli lemak adalah presentasi lemak globulin dalam parenkim paru dan sirkulasi perifer, hal ini muncul setelah terjadinya fraktur pada tulang pipa, trauma mayor atau prosedur pembedahan ortopedi. Teori yang mendalami sumber dari lemak globulin menyatakan bahwa trauma langsung merusak sel lemak dalam sumsum tulang yang fraktur atau luka pada jaringan lunak yang kemudian hasil pecahan sel lemak tersebut bermigrasi ke paru-paru.
§  Emboli pulmonal
      Emboli pulmonal adalah suatu bekuan atau penyebab lain (udara, lemak, cairan) yang tersangkut dalam pembuluh darah arteri pulmoner. Karena trombosis vena dalam merupakan penyebab utama dari emboli pulmonal, maka faktor resiko keduanya adalah sama. Efek dari emboli pulmonal adalah hipoksia sampai dengan kematian.
§  Infeksi
      Infeksi umumnya terjadi pada patah tulang terbuka di mana kondisi jaringan yang terluka dapat dengan mudah terpapar oleh bakteri-bakteri patogen.
b.      Komplikasi yang terjadi secara lambat antara lain:
§  Kekakuan sendi
      Penyebab umum dari kekakuan sendi adalah ketidakadekuatan aktivitas dari otot dan tungkai, edema dependen yang diperpanjang, infeksi, serta imobilisasi yang lama dari fraktur intra artikular.
§  Sindrom kompleks nyeri regional
      Sindrom ini merupakan sebuah disfungsi yang sangat menyakitkan dan sindrom dari tidak digunaknnya suatu bagiantubuh dengan karakteristik nyeri abnormal dan bengkak dari ekstremitas dan biasanya dipresipitasi oleh trauma minor.
§  Miosistis ossifikans
      Adalah pembentukan abnormal dari tulang heterotopik (abnormal dan bukan pada tempatnya) dekat tulang dan otot, biasanya merupakan respon terhadap trauma.
§  Malunion
      Kondisi ini merupakan sembuhnya tulang dengan bentuk abnormal. Hal ini dapat terjadi ketika ketidakseimbangan stres menekan tarikan otot dan gravitasi sehingga menyebabkan penjajaran yang tidak tepat pada fragmen fraktur.
§  Delayed union (penyatuan terlambat)
      Merupakan kelanjutan dari nyeri tulang dan kerapuhan yang melewati sebuah periode penyembuhan yang konsisten dengan tingkat trauma dan jaringan. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh disfraksi fragmen fraktur atau penyebab sistemik eperti infeksi.
§  Non union
      Terjadi apabila penyembuhan fraktur tidak tercapai setelah 4-6 bulan pasca fraktur dan penyembuhan spontan fraktur tidak memungkinkan terjadi.
§  Kehilangan reduksi fraktur
§  Refraktur
§  Osteomielitis
      Mungkin terjadi pada femur atau tubia mengikuti fraktur terbua dan fiksasi internal. Staphylococus aureus merupakan organisme bakteri yang dapat menyebabkan infeksi kronis dan berulang pada tulang.
G.  PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.
1.      Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umu; riwayat kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
2.      Reduksi, mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk mencegah jarinagn lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:
ü  Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi, dengan tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
ü  Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi, dimana beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang
ü  Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan pergerakan, yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang dan implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi kontinue, pin dan tehnik gips
3.      Reposisi, setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi atau dipertahankan dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cara fiksasi internal dan eksternal.
4.      Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi, dengan cara:
ü  Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
ü  Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan
ü  Memantau status neorovaskular
ü  Mengontrol kecemasan dan nyeri
ü  Latihan isometrik dan setting otot
ü  Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
Kembali keaktivitas secara bertahap
H.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis fraktur antara lain:
1.      Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi/ luasnya fraktur atau trauma.
2.      Skan tulang, tomogram, skan CT/ MRII memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3.      Arteriogram dilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan vaskuler
4.      Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan leukosit adalah respon stres normal setelah trauma.
5.      Kreatinin; trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk bersihan ginjal
6.      Profil koagulasi; perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau cedera hati.


I.      ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1.      Aktivitas dan istirahat
·                                 Tanda  : keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
2.      Sirkulasi
·                                 Tanda  : hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah); takikardia (respon stress atau hipovolemia); penurunan atau tak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian kapiler lambat; pucat pada bagian yang terkena; pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi yang cedera.
3.      Neurosensori
·                   Gejala        : hilang gerakan/ sensasi; spasme otot; kebas; kesemutan (parestesis).
·                              Tanda  : deformitas lokal; angulasi abnormal; pemendekan; rotasi; krepitasi (bunyi berderit); spasme otot; terlihat kelemahan/ hilang fungsi; agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas atau trauma lain).
4.      Nyeri/ kenyamanan
·                                 Gejala  : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/ kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi); tak ada nyeri akibat kerusakan saraf; spasme/ kram otot (setelah imobilisasi).
5.      Keamanan
·                                 Tanda  : laserasi kulit; avulasi jaringan; perdarahan; perubahan warna; pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
6.      Penyuluhan/ pembelajaran
·                                 Gejala  : lingkungan cedera
·                                 Pertimbangan  : DRG menunjukkan rerata lama dirawat femur 7,8 hari; panggul/ pelvis 6,7 hari; lainnya 4,4 hari bila memerlukan perawatan di rumah.
·                                 Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas pemeliharaan/ perawatan rumah.

Masalah Keperawatan

1.      Resiko cedera
2.      Nyeri akut
3.      Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer
4.      Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
5.      Kerusakan mobilitas fisik
6.      Kerusakan integritas kulit/ jaringan
7.      Resiko tinggi terhadap infeksi
8.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan






0 komentar:

Posting Komentar

 
Animated Spinning Kunai - Naruto